BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam diketahui memiliki karakteristik yang khas di
bandingkan dengan agama-agama yang datang sebelumnya. Di era globalisasi ini,
banyak masyarakat dan khususnya bagi para pelajar yang acuh tak acuh dengan
sejarah Negara, apalagi sejarah paradaban islam. Dewasa ini mereka hanya
memandang sejarah sebagai dongeng yang membosankan untuk di dengar. Padahal,
sejarah, apalagi sejarah peradaban islam sangat penting bagi kita semua.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan hal-hal sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep kebudayaan dalam Islam.
2. Bagaimana sejarah intelektual Islam.
3. Mengapa masjid sebagai pusat peradaban Islam.
4. Bagaimana nilai –nilai dalam budaya Islam.
1.3 Tujuan
Setelah mendiskusikan tema ini, kita dapat memperoleh beberapa tujuan
sebagai berikut:
1. Mengetahui konsep kebudayaan dalam Islam.
2. Mengetahui sejarah intelektual Islam.
3. Mengetahui masjid sebagai pusat peradaban Islam.
4. Mengetahui nilai –nilai dalam budaya Islam.
1.4 Manfaat
1. Menumbuhkan rasa cinta kepada kebudayaan Islam yang merupakan buah karya
kaum muslimin masa lalu
2. Memahami berbagai hasil pemikiran dan hasil karya para
ulama untuk diteladani dalam kehidupan sehari-hari.
3. Membangun kesadaran generasi muslim akan tanggung
jawab terhadap kemajuan dunia Islam.
4. Memberikan pelajaran kepada generasi muslim dari setiap kejadian untuk
mencontoh/meneladani dari perjuangan para tokoh di masa lalu guna perbaikan
dari dalam diri sendiri,masyarakat,lingkungan negerinya serta demi Islam pada
masa yang akan datang.
5. Memupuk semangat dan motivasi untuk meningkatkan prestasi yang telah diraih
umat terdahulu.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep
Kebudayaan dalam Islam
Kebudayaan berasal dari bahasa Sansakerta yaitu
buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal). Budi
mempunyai arti akal, kelakuan, dan norma. Sedangkan “daya” berarti hasil karya
cipta manusia. Dengan demikian, kebudayaan
adalah semua hasil karya, karsa dan cipta manusia di masyarakat. Istilah
"kebudayaan" sering dikaitkan dengan istilah "peradaban".
Perbedaannya : kebudayaan lebih banyak diwujudkan dalam bidang seni, sastra,
religi dan moral, sedangkan peradaban diwujudkan dalam bidang politik, ekonomi,
dan teknologi.
Sedangkan pengertian Islam berasal dari bahasa arab yaitu “Aslama-Yuslimu-Islaman”
yang artinya selamat. Menurut istilah, Islam adalah agama samawi yang
diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi manusia
agar kehidupannya membawa rahmat bagi seluruh alam.
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ
وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ
الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan
orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan
(yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. QS
Ali Imran : 18.
وَما أَرْسَلْناكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعالَمِينَ
“Kami tidak
mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia”
(QS. Al Anbiya: 107)
Sehingga disimpulkan bahwa Kebudayaan Islam adalah
kejadian atau peristiwa masa lampau yang berbentuk hasil karya, karsa dan cipta
umat Islam yang didasarkan kepada sumber nilai-nilai Islam.
Allah mengangkat Nabi Muhammad sebagai Rosul yaitu
memberikan bimbingan kepada umat. Manusia agar dalam mengembangkan kebudayaan
tidak lepas dari nilai-nilai ketuhanan. Sebagaimana sabdanya yang berarti,
“Sesungguhnya aku diutus Allah untuk menyempurnakan akhlak.”
Dalam perkembangannya kebudayaan
Islam perlu dibimbing
oleh wahyu dan aturan-aturan yang mengikat agar tidak
terperangkap pada
ambisi yang bersumber dari nafsu hewani sehingga akan merugikan dirinya sendiri.
Disini agama Islam berfungsi untuk membimbing manusia dalammengembangkan akal budinya sehingga menghasilkan
kebudayaan yang beradab atau berperadaban Islam. Sehubungan dengan hasil
perkembangan kebudayaan yang dilandasi nilai-nilai
ketuhanan atau disebut sebagai peradaban Islam, maka fungsi agama disini
semakin jelas. Ketika perkembangan dan dinamika kehidupan umat manusia itu
sendiri mengalami kebekuan karena keterbatasan dalam memecahkan persoalannya
sendiri, disini sangat terasa akan perlunya suatu bimbingan wahyu. Allah mengangkat seorang Rasul dari jenis manusia
karena yang akan menjadi sasaran
bimbingannya adalah umat manusia. Oleh sebab itu misi utama Muhammad diangkat
sebagai Rasul adalah menjadi Rahmat bagi seluruh umat manusia dan alam.
Mengawali tugas utamanaya, Nabi meletakkan
dasar – dasar perkembangan Islam yang
kemudian berkembang menjadi peradaban Islam. Ketika dakwah Islam keluar dari
jazirah Arab, kemudian tersebar ke seluruh dunia, maka terjadilah suatu proses
panjang dan rumit, yaitu asimilasi budaya - budaya setempat dengan nilai –
nilai Islam yang kemudian melahirkan budaya
Islam. Kebudayaan ini berkembang menjadi suatu peradaban yang diakui
kebenarannya secara universal.
KEBUDAYAAN
ISLAM
Secara garis besar,defenisi kebudayaan islam
dikelompokkan kedalam enam kelompok sesuai dengan tinjauan dan sudut pandang
masing-masing membuat defenisi. Kelompok pertama menggunakan pendekatan
deskriptif dengan menekankan pada sejumlah isi yang terkandung didalamnya
seperti definisi yang dipakai oleh tailor bahwa kebudayaan itu adalah
keseluruhan yang amat kompleks meliputi ilmu pengetahuaan, kepercayaan, seni,
hukum, moral, adat istiadat dan berbagai kemampuan serta kebiasaan yang diterima
manusia sebagai anggota masyarakat.
Kelompok kedua menggunakan pendekatan historis dengan
menekankan pada warisan sosial dan tradisi kebudayaan seperti definisi yang
dipakai oleh Park dan Burgess yang menyatakan bahwa kebudayaan suatu masyarakat
adalah sejumlah totalitas dan organisasi dan warisan sosial yang diterima
sebagai sesuatu yang bermakna yang dipengaruhi oleh watak dan sejarah hidup
suatu bangsa. Dari berbagai tujuan dan sudut pandangan tentang definisi
kebudayaan, menunjukkan bahwa kebudayaan itu merupakan sesuatu persoalan yang
sangat luas.
Alquran memandang kebudayaan itu merupakan suatu
proses, dan meletakkan kebudayaan sebagai eksistensi hidup manusia.Kebudayaan
merupakan suatu totalitas kegiatan manusia yang meliputi kegiatan akal hati dan
tubuh yang menyatu dalam suatu perbuatan. Jadi secara umum kebudayaan islam
adalah hasil akal, budi, cipta rasa, karsa, dan karya manusia yang berlandaskan
pada nilai-nilai tauhid.islam sangat menghargai akal manusia untuk berkiprah
dan berkembang.
Kebudayaan ialah gabungan antara tenaga fikiran dengan
tenaga fikiran dengan tenaga lahir manusia ataupun hasil daripada gabungan
tenaga batin dan tenaga lahir manusia. Apa yang difikirkannya itu dilahirkan
dalam bentuk sikap, maka hasil daripada gabungan inilah yang dikatakan
kebudayaan. Jadi kalau begitu, seluruh kemajuan baik yang lahir ataupun yang
batin walau dibidang apapun dianggap kebudayaan.Sebab hasil daripada daya
pemikiran dan daya usaha tenaga lahir manusia akan tercetuslah soal-soal
politik, pendidikan, ekonomi,seni, pembangunan dan kemajuan-kemajuan lainnya.
Agama islam adalah wahyu dari Allah SWT yang
disampaikan kepada Rasulullah SAW yang mengandung peraturan-peraturan untuk
jadi panduan hidup manusia agar selamat dunia dan akhirat.Agama islam bukanlah
kebudayaan,sebab ia bukan hasil daripada tenaga fikiran dan tenaga lahir
manusia.Tetapi islam mendorong berkebudayaan dalam berfikir, berekonomi,
berpolitik, bergaul, bermasyarakat, berpendidikan, menyusun rumah tangga dan
lain lain.jadi, sekali lagi dikatakan, agama islam itu bukan kebudayaan, tapi
mendorong manusia berkebudayaan.
Seperti sudah kita lihat, keluhuran hidup Muhammad
adalah hidup manusia yang sudah begitu tinggi sejauh yang pernah dicapai oleh
umat manusia.Hidup yang penuh dengan teladan yang luhur dan indah bagi setiap
insan yang sudah mendapat bimbingan hati nurani, yang hendak berusaha mencapai
kodrat manusia yang lebih sempurna dengan jalan iman dan perbuatan yang baik.
Demikian juga sesudah masa kerasulannya, hidupnya penuh
pengorbanan, untuk allah, untuk kebenaran, dan untuk itu pula allah telah
mengutusnya. Suatu pengorbanan yang sudah berkali kali menghadapkan nyawanya
kepada maut. Tetapi, bujukan masyarakatnya sendiri pun yang dalam gengsi dan
keturunan ia sederajat dengan mereka yang baik dengan harta, kedudukan atau
dengan godaan-godaan lain,mereka tidak dapat merintanginya
Kehidupan insani yang begitu luhur dan cemerlan itu
belum ada dalam kehidupan manusia lain yang pernah mencapainya, keluhuran yang
sudah meliputi segala segi kehidupan apalagi yang kita lihat suatu kehidupan
manusia yang sudah bersatu dengan kehidupan alam semesta sejak dunia ini
berkembang sampai akhir zaman, berhubungan dengan pencipta alam dengan segala
karunia dan pengamppunannya. Kalau tidak karena adanya kesunggguhan dan
kejujuran Muhammad menyampaikan risalah Tuhan, niscaya kehidupan yang kita
lihat ini lambat laun akan menghilangkan apa yang telah diajarkannya itu.
Pada masa awal perkembangan islam, sistem pendidikan
dan pemikiran yang sistematis belu terselenggara karena ajaran islam tidak
diturunkan sekaligus. Namun demikian isyarat al quran sudah cukup jelas
meletakkan pondasi yang kokoh terhadap pengembangan ilmu dan pemikiran.
Dalam menggunakan teori yang dikembangkan oleh Harun
nasution, dilihat dari segi perkembangannya, sejarah intelektual islam dapat
dikelompokkan kedalam kedalam tiga masa yaitu masa klasik antara tahun
650-1250M. Masa pertengahan, tahun 1250-1800M.Dan masa modern yaitu sejak tahun
1800 sampai sekarang.
2.2 Sejarah Intelektual Islam
Dengan menggunakan teori
yang dikembangkan oleh Harun Nasution, dilihat dari segi perkembangannya, sejarah intelektual
Islam dapat dikelompokkan menjadi tiga masa,
yaitu masa klasik, antara tahun 650 -1250 M, masa pertengahan, antara tahun 1250 – 1800 M, dan
masa modern atau kebangkitan intelektual Islam kembali, antara tahun
1800 M hingga sekarang dan seterusnya.
Pada masa klasik lahir ulama-ulama besar
seperti Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam Syafi’i, dan Imam Maliki dibidang Hukum
Islam. Di bidang filsafat Islam seperti Al Kindi tahun 801 M, yang berpendapat
bahwa kaum Muslimin hendaknya menerima filsafat sebagai bagian dari
kebudayaan Islam. Kemudian Al-Razi lahir tahun 865 M, Al-Farabi lahir tahun 870
M, sebagai pembangun agung filsafat Islam. Pada abad berikutnya lahir pula filosof
besar Ibnu maskawaih pada tahun 930
M, yang terkenal memiliki pemikiran tentang pendidikan
akhlak.
Selanjutnya Ibnu Sina tahun 1037 M, Ibnu Bajjah tahun 1138M, Ibnu Tufail tahun
1147 M, dan Ibnu Rusyd tahun 1126 M. Pada masa pertengahan, yaitu antara
tahun 1250 M - 1800 M, dalam catatan sejarah pemikiran Islam pada masa ini merupakan fase kemunduran
karena filsafat mulai dijauhkan dari umat Islam sehingga ada kecenderungan akal
dipertentangkan dengan Wahyu, iman
depertentangkan dengan ilmu, dan dunia dipertentangkan dengan akhirat. Jika
diperhatikan secara seksama pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sebagian
ulama kontemporer sering melontarkan tuduhan kepada Al-Ghazali sebagai yang
pertama menjauhkan filsafat dengan agama sebagaimana dalam tulisannya “Tahafutul Falasifah”
(kerancuan filsafat). Tulisan Al-Ghazali itu dijawab Ibnu Rusyd dengan tulisan “TahafutuTahafut” (kerancuan diatas kerancuan). Pada saat ini ada pertanyaan mendasar yang sering
dilontarkan oleh paraintelektual muda
muslim. Mengapa umat Islam tidak bisa mengusai ilmu danteknologi modern
?. Jawabannya sangat sederhana, yaitu karena umat Islam tidak mau melanjutkan tradisi keilmuan yang diwariskan
oleh para ulama besar padamasa klasik. Pada masa kejayaannya umat Islam
terbuai dengan kemegahan yang bersifat
material. Sebagai contoh kasus pada zaman modern ini tidak lahir para ilmuwan dan
tokoh – tokoh caliber
dunia dikalangan umat Islam dari Negara-negara kaya di
Timur Tengah. Pada sisi yang lain umat Islam yang tinggal di Negara bekas
jajahan sangat sulit membangun semangat kebangkitan intelektual Islam
karena keterbatasannya.
`tBur È,Ï%$t±ç tAqߧ9$# .`ÏB Ï0÷èt/ $tB tû¨üt6s? ã&s! 3 y0ßgø9$# ôìÎ6Ftur uöxî È@9Î6y tûüÏZÏB÷sßJø9$# ¾Ï&Îk!uqçR $tB 4 ¯<uqs? ¾Ï&Î#óÁçRur zN¨Yygy_ ( ôNuä!$yur #·ÅÁtB ÇÊÊÎÈ
Q.S. An-Nisa ayat 115 juga disebutkan, “Dan barangsiapa menentang Rasul
(Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan
jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dia dalam kesesatan yang dilakukannya
itu dan akan Kami masukkan dia ke dalam neraka jahannam, dan itu seburuk-buruk
tempat kembali.”
2.3
Masjid sebagai Pusat Peradaban Islam
Dalam bahasa Arab, masjid berarti tempat sujud atau
tempat ibadah.Dalam perjalanan sejarah Islam, masjid bukan sekadar tempat untuk
menunaikan ibadah shalat (terutama shalat berjamaah), namun juga berperan lebih
fenomenal dan krusial dalam menunjang kehidupan masyarakat. Islam mengajarkan
pendirian masjid harus memberikan manfaat luas, terdalam dan lengkap mengingat
seluruh permukaan bumi adalah masjid namun Masjid
pada umumnya hanya dipahami oleh masyarakat sebagai tempat ibadah khusus
seperti shalat, padahal masjid mestinya berfungsi lebih luas dari pada sekedar sebagai tempat shalat. Sejak awal berdirinya
masjid belum bergeser dari fungsi utamanya, yaitu sebagai
peribadatan.
Padaumumnya,disamping tempat shalat.
Masjid pada zaman Nabi dijadikan sebagai pusat peradaban Islam. Nabi Muhammad SAW mensucikan
jiwa kaum muslimin,membina sikap dasar kaum muslimin terhadap
orang yang berbeda agama atau ras,hingga upaya – upaya
meningkatkan kesejahteraan
umat justru melaui Masjid. Masjid dijadikan symbol kesatuan dan persatuan umat Islam.
Selama sekitar 700 tahun sejak Nabi Muhammad mendirikan masjid
pertama,,fungsi masjid masih sebagai pusat peribadatan umat islam.
Belajar dari sejarah Islam, seharusnya eksistensi
masjid pada masa kini harus lebih mampu memberi makna terdalam, terluas dan
terlengkap bagi kehidupan masyarakat Muslim. Karena itu, pengembangan dan
pengayaan ulang atau revitalisasi fungsi masjid sebagai pusat berbagai kegiatan
sosial-keagamaan, pendidikan, politik, kesehatan dan sebagainya kini menjadi
lebih diperlukan. Tujuannya untuk menciptakan manfaat dan dampak masjid yang
maksimal serta berkesinambungan dalam mengembangkan peradaban dunia Islam yang
maju, ramah, mandiri, damai dan modern.
RÎ) ãßJ÷èt y0Éf»|¡tB «!$# ô`tB ÆtB#uä «!$$Î/ ÏQöqu9ø9$#ur ÌÅzFy$# tP$s%r&ur no4qn=¢Á9$# tA#uäur no4q2¨ 9$# óOs9ur |·øs wÎ) ©!$# ( #|¤yèsù y7Í´¯»s9'ré& br& (#qçRqä3t z`ÏB úïÏ0tFôgßJø9$# ÇÊÑÈ
“Sesungguhnya yang dapat memakmurkan masjid-masjid
Allah itu hanyalah:orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari yang akhir
orang-orang yang menegakkan shalat dan menunaikan zakat dia tidak takut
melainkan hanya kepada Allah, maka mereka itulah orang-orang yang mendapat
petunjuk” (Q.S. At-Taubah (9):18).
¨br&ur y0Éf»|¡yJø9$# ¬! xsù (#qããô0s? yìtB «!$# #Y0tnr& ÇÊÑÈ
Allah berfirman dalam Al-Quran: “Dan sesungguhnya
masjid-masjid itu kepunyaan Allah Ta`ala, maka janganlah kamu menyeru seseorang
beserta-Nya.” (Q.S. Al-Jin (72):18)
w óOà)s? Ïm9Ïù #Y0t/r& 4 î0Éfó¡yJ©9 }§Åcé& n?tã 3 uqø)G9$# ô`ÏB ÉA¨rr& BQöqt ,ymr& br& tPqà)s? Ïm9Ïù 4 Ïm9Ïù ×A%y`Í cq7Ïtä br& (#rã£gsÜtGt 4 ª!$#ur =Ïtä úïÌÎdg©ÜßJø9$# ÇÊÉÑÈ
Firman Allah dalam Al-Quran: “Sesungguhnya
masjid itu dibangun diatas takwa” (Q.S. At-Taubah (9):108).
2.4
Nilai-nilai Islam dalam budaya Indonesia
Islam masuk ke indonesia lengkap dengan budayanya. Karena islam masuk
dan berkembang dari negri Arab, maka islam yang masuk ke Indonesia tidak
terlepas dari budaya Arabnya. Pada
awal-awal masuknya dakwah islam ke Indoesia dirasakan sangat sulit
membedakan mana ajaran islam dan mana budaya barat. Masyarakat awam menyamakan
antara perilaku yang ditampilkan oleh orang Arab dengan perilaku ajaran islam.
Seolah-olah apa yang dilakukan orang Arab tersebut mencerminkan ajaran islam,
bahkan hingga kini budaya Arab masih melekat pada tradisi masyarakat Indonesia.
Dalam perkembangan dakwah islam di Indonesia para da’i mendakwahkan ajaran
islam melalui bahasa budaya, sebagaimana
dilakukan oleh para wali di tanah Jawa. Karena kehebatan para wali Allah
dalam mengemas ajaran islam dengan budaya setempat sehingga masyarakat tidak
sadar bahwa nilai-nilai islam telah masuk dan menjadi teradisi dalam kehidupan
sehari-hri mereka. Lebih jauh lagi bahwa nilai-nilai islam sudah menjadi bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan mereka. Seperti dalam
upacara-upacara, adab dan penggunaan bahasa sehari-hari. Bahasa Arab/ Al Qur’an
sudah banyak masuk dalam bahasa daerah bahkan kedalam bahasa Indonesia baku. Semua
itu tanpa disadari bahwa apa yang dilakukannya merupakan bagian dari ajaran
Islam.
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَى
بِآَيَاتِنَا أَنْ أَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ
وَذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ اللَّهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ
شَكُورٍ (ابراهيم:5)
Artinya: “Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa
ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): "Keluarkanlah kaummu
dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada
hari-hari Allah". sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi Setiap orang penyabar dan banyak bersyukur” (Ibrahim:5).
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ رضى الله
عنهما أَنَّ أَهْلَ الْجَاهِلِيَّةِ كَانُوا يَصُومُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- صَامَهُ وَالْمُسْلِمُونَ قَبْلَ أَنْ
يُفْتَرَضَ رَمَضَانُ فَلَمَّا افْتُرِضَ رَمَضَانُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم- « إِنَّ عَاشُورَاءَ يَوْمٌ مِنْ أَيَّامِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ
صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ ». (رواه مسلم)
Artinya: Abdullah bin Umar mengatakan bahwa kaum Jahiliyah biasa berpuasa
pada hari Hari Asyura (10Muharram) dan Rasulullah SAW beserta kaum Muslimin pun
mempuasainya sebelum difardukan puasa Ramadhan. Ketika puasa Ramadhan
difardukan, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Asyura itu satu di antara
Hari-Hari Allah. Siapa mau berpuasa silahkan, bagi yang tidak mau pun tidak
mengapa”. (HR Muslim).
Banyak tradisi masyarakat
indonesia yang bernuansa islami, biasanya tradisi tersebut dilaksanakan untuk
memperingati hari besar umat islam, seperti misalnya perayaan sekaten yang
diselenggarakan untuk menyambut maulid nabi, ada juga perayaan yang dimaksudkan
untuk memperingati perjuangan penyebaran ajaran islam seperti perayaan tabuik
di Pariaman ( Sumatera Barat ) yang diselenggarakan pada tanggal 10 muharam.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT
dengan perantara wahyu yang di berikan kepada nabi Muhammad SAW untuk
disebarkan untuk umat manusia dan kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa,
dan cipta dan masyarakat.
2. Agama merupakan sumber kebudayaan dengan kata lain
kebudayaan bentuk nyata dari agama islam itu sendiri.
3. Budaya hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap
potensi yang dimilikinya. Dan pada pra islam banyak yang mengandung atau berbau
keislaman.
3.2 Saran
Dengan pemahaman di atas, kita dapat memulai untuk
meletakkan islam dalam kehidupan keseharian kita. Kita pun dapat membangun
kebudayaan islam dengan landasan konsep yang berasal dari islam pula.
DAFTAR PUSTAKA
http://mbahduan.blogspot.com/2012/03/makalah-kebudayaan-islam.html
http://pay-wuang.blogspot.com/2012/02/makalah-perkembangan-sosial-budaya.html
http://jaririndu.blogspot.com/2011/11/bab-ipendahuluana.html
http://imaza17.blogspot.com/2012/02/makalah-sejarah-kebudayaan-islam.html
http://menjaga-bumi.blogspot.com/2012/02/cara-membuat-makalah-yang-baik-dan.html
Hasjmy Sejarah Kebudayan Islam di Indonesia,Jakarta: Bulan Bintang,
1993
Ahmad Syalaby,Tarikh al Islamiyah al hadzarah al islamiyah,Kairo;cetakan
ke IV, 1978
Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam,Jakarta;Rajagrafindo,1993
Basssam Tibu, Islam Budaya dan Perubahan Sosial, Jakarta, Tiara
Wacana,…..,
Dudung abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah,Jakarta; LOGos, 1999
Harun Nasution
Poerwadarminto,Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka,
1992
Sayyid Quthub, Konsepsi Sejarah dalam Islam,Jakarta;Pedoman
ilmu Jaya , 1992, cet II, Terjemahan Tarikhuna
fi dzou’il al Islam, penerjemah Nabhan Husein
Yusri Abdul Ghani Abdullah, Historiografi islam;dari klasik hingga
modern,Yakarta;Rajagrafindo, 2004
No comments:
Post a Comment